ARTHUR DAN DAVID

ARTHUR DAN DAVID

SUATU sore yang cerah, dua orang lelaki sedang duduk rileks di sebuah bangku taman umum, di kota metropolis Mahatan yang padat. Sambil sesekali menyeruput kopi dari cup karton yang dibawanya, mereka terlibat pembicaraan santai tapi serius.

Suasana taman waktu itu tidak sedang sepi. Seperti biasanya, pada musim semi, setiap sore, penduduk berkumpul di taman, bercengkerma. Ada muda-mudi yang duduk mojok di taman yang rimbun dengan pepohonan. Ada lelaki tua yang duduk sambil pandangannya menerawang jauh ke depan dan sesekali terbatuk-batuk. Beberapa keluarga terlihat duduk santai di rerumputan yang hijau segar dan anak-anak kecil lincah berlarian.

Kedua lelaki itu, yang ternyata bernama Arthur F Carmazzi dan David M Rogers, berada di tengah-tengah suasana seperti itu. Tetapi keduanya tetap menikmati suasana santai tapi sedikit hiruk pikuk itu. Sambil sesekali menyeruput kopi, mereka berdua terlihat berunding serius. Orang tidak tahu apa yang dibicarakan keduanya.

Namun, suatu sore dimusim semi, di tengah padatnya kota Mahatan yang tak pernah tidur, pembicaraan kedua lelaki paro baya itu, ternyata membawa pencerahan bagi sebagian besar orang di dunia. Dunia terkejut, karena gagasan keduanya kemudian diterbitkan dalam sebuah buku “The Six Dimensions of Top Achivers”, yang mengajarkan 6 dimensi utama agar orang menjadi sukses.

Orang yang ingin sukses, haruslah memiliki 6 watak utama:

Pertama, anti gagal. Jadi orang tersebut harus tahan banting. Meski gagal berkali-kali, tidak membuatnya menjadi kapok, tetapi selalu bangkit kembali.

Kedua, harus memiliki watak disiplin yang tinggi. Tanpa disiplin, jangan harap semua yang kita inginkan dapat tercapai. Konon mantan militer, kalau terjun ke dunia usaha, akan lebih mudah sukses, karena sudah dilatih untuk berperilaku dengan disiplin yang tinggi.

Ketiga, punya motivasi yang jelas. Apa yang mendorongnya untuk bersemangat dalam mencapai sesuatu. Tanpa adanya motivasi yang kuat dan konsisten, tujuan yang kita perjuangkan tidak akan tercapai.

Keempat, punya rasa persuasi yang tinggi. Sekarang ini sedang populer istilah EQ, dan bukan IQ. Artinya, mereka yang kecerdasannya luar biasa sekalipun, tetapi kalau tidak bisa mengendalikan emosinya, atau boleh dikatakan tidak punya kecerdasan emosional, juga akan kalah.

Kelima punya visibilitas. Artinya punya jati diri yang jelas, dengan visi dan misi yang terarah, terukur dan terevaluasi.

Keenam punya pengetahuan finansial yang baik. Artinya orang yang bersangkutan, bisa mengatur masalah finansialnya, sehingga memudahkan dia untuk menuju sukses. Tanpa pengetahuan seperti itu, jangan harap bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Memang, enam ajaran dari Arthur dan David itu sarat dengan dimensi motivasi. Tetapi dalam situasi negara dan bangsa kita yang seperti ini, mendadak apa yang dulu digagaskan oleh keduanya tersebut, masih tetap relevan hingga hari ini.

Dalam keadaan negara dan bangsa kita yang pontang-panting seperti sekarang ini, para intelektual kita, para eksekutif kita, para mahasiswa kita, bahkan rakyat sekalipun, bisa menerapkan kembali 6 ajaran utama tersebut. Salah satu alternatif, agar kita bisa bangkit, paling tidak bisa bertahan dalam hantaman badai kehidupan, yang entah sampai kapan redanya. (anggoro suprapto)



Tiga orang pria, mencoba mempraktekkan teori Arthur dan David.